Inilah Daftar 10 Hewan Langka Di Kalimantan Lengkap Dengan Gambar Dan Penjelasanya
Diajeng Lekha | August 30, 2017 | HEWAN ALAM LIAR, Hewan Langka | No Comments 10 Hewan Langka Di Kalimantan, majalahhewan.com
| Kalimantan atau kalau orang luar menyebutnya dengan Pulau Borneo
merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki keaneka ragaman
hayati yang luar biasa. Bahkan Kalimantan ini memikat para Ilmuan dunia
selama lebih dari 150 tahun. Ada banyak sekali jenis binatang atau hewan
endemik maupun non endemik yang menghuni pulau Kalimantan ini. Banyak
spesies binatang unik dan langka yang membuat para ilmuan tertarik untuk
menyibukan diri menelitinya.
Hewan hewan yang ada di Pulau
Kalimantan ini sangat beragam, mulai dari mamalia, burung, serangga,
primata, reptil dan yang lainya. Dan berikut kami paparkan 10 hewan langka di kalimantan yang terancam punah serta dilindungi.
Penjelasan Dan Gambar Gambar 10 Hewan Langka Di Kalimantan
Kita lihat dari urutan nomer sepuluh hingga nomer satu
10. Orangutan
Satwa langka
pertama yang ada di pulau Kalimantan adalah Orangutan Kalimantan.
Orangutan ini dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Bornean
Orangutan. Sedangkan nama latin atau nama Ilmiahnya adalah Pongo pygmaeus.
Gambar Orangutan Kalimantan atau Bornean Orangutan seperti di bawah ini
Sumber Gambar worldwildlife.orgOrangutan
Kalimantan ini hidup di hutan tropis dan hutan subtropis di dataran
rendah Kalimantan. Pada umumnya mereka memakan benih, daun, buah ara,
bunga, madu, serangga hingga telur burung.
Statusnya di IUCN
sangat terancam. Itu disebebkan hilangnya habitat dan perburuan liar
serta beralihnya hutan menjadi kebun kelapa sawit. Perburuan liar ini
selain daging orangutan yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi juga untuk
dijadikan hewan peliharaan untuk yang masih muda.
Umur Orangutan Kalimantan ini di alam liar hidupnya bisa mencapai 40 tahun, akan tetapi di penangkaran bisa mencapai 60 tahun.
Yang
nomer sembilan dari 10 binatang langka yang ada di kalimantan adalah
Bekantan. Selain disebut dengan nama Bekantan, satwa ini juga lebih
populer dengan nama Monyet Hidung Panjang.
Dalam bahasa Inggris
Bekantan disebut dengan nama Proboscis Monkey, Long-nosed Monkey.
Sedangkan nama latin atau nama ilmiahnya adalah Nasalis larvatus.
Gambar Bekantan seperti di bawah ini Sumber Gambar en.wikipedia.orgDilihat
dari gambar di atas, maka sangat mudah untuk membedakannya dengan jenis
monyet lain, itu karena Bekantan memiliki hidung yang panjang dan
besar.
Monyet hidung panjang ini pada umumnya menempati daerah
pesisir dan di sepanjang sungai. Selain memiliki hidung yang panjang dan
besar, monyet ini juga sangat pandai berenang, bahkan mampu menyelam
hingga kedalaman air 20 meter atau 66 kaki.
Yang menjadikanya
monyet hidung panjang ini langka adalah dikarenakan hilangnya habitat
dan perburuan, yang mana dalam 36 hingga 40 tahun terakhir menjadikan
populasinya berkurang hingga 50%. IUCN telah memasukan dalam daftarnya dengan status Endangered ( terancam punah )
Bekantan atau monyet hidung panjang ini termasuk satwa frugivora musiman ( pemakan buah musiman ) dan folivora ( pemakan daun ).
8. Kukang Kalimantan / Bornean slow loris
Yang
kedelapan dari 10 satwa langka di Kalimantan adalah Kukang Kalimantan.
Dalam bahasa Inggris Kukang Kalimantan disebut dengan nama Bornean slow
loris. Sedangkan nama latin atau nama ilmiahnya adalah Nycticebus borneanus.
Kukang
Kalimantan ini masuk dalam daftar IUCN dengan status ( Rentan ) Untuk
mengenal lebih dekat satwa langka ini dan jenis jenis kukang yang ada di
Indonesia, serta fakta fakta menarik lainya bisa dilihat di HEWAN KUKANG DAN SEGALA SESUATU TENTANGNYA.
Untuk gambar Kukang Kalimantan seperti di bawah ini
Yang
ketujuh dari binatang langka endemik Pulau Kalimantan adalah Tupai
Kerdil. Dalam bahasa Inggris tupai kerdil ini disebut dengan nama Least
pygmy squirrel atau Bornean Pygmy Squirrel. Sedangkan nama latin atau
nama ilmiahnya adalah Exilisciurus exilis.
Gambar Tupai Kerdil seperti di bawah ini Sumber Gambar picssr.comTupai
kerdil ini merupakan salah satu jenis tupai terkecil yang mendiami
Pulau Kalimantan. Selain Kalimantan juga mendiami Pulau Benggi.
Tupai
langka ini menghuni daerah dataran rendah dan perbukitan rendah.
Langkanya tupai ini dikarenakan penghancuran habitat besar besaran serta
penggantian lahan hutan menjadi lahan kebun.
Tupai yang memiliki ukuran panjang tubuh 8 cm dan ekornya 6 cm serta beratnya 20 gram ini dalam daftar IUCN berstatus Data Deficient
6. Tupai Terbang / Flying Squirrel
Yang
keenam dari jenis hewan langka yang menghuni Pulau Kalimantan adalah
Tupai Terbang. Tupai Terbang ini dalam bahasa Inggris disebut dengan
nama Flying Squirrel.
Ada 44 spesies tupai terbang dan beberapa
tinggal di Kalimantan. Tupai ini adalah keluarga Sciuridae dan termasuk
binatang pengerat.
Gambar Tupai terbang seperti terlihat dibawah ini Smber Gambar justviral.euSebenarnya
tupai ini tidaklah benar benar terbang, melainkan meloncat lalu
melayang dari pohon satu ke pohon lainya yang mana menggunakan bantuan
parasut yang terbentang antara kaki depan dan kaki belakangnya. Dan
parasut ini disebut dengan patagium.
Akibat dari penebangan hutan dan konversi pertanian menjadikanya masuk dalam daftar IUCN yang berstatus Sedikit Kepedulian ( Least Concern )
5. Badak Sumatra
Yang
kelima dari satwa satwa langka penghuni Pulau Kalimantan adalah Badak
Sumatra. Badak Sumatra dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Sumatran
rhinoceros dan nama latinya adalah Dicerorhinus sumatrensis.
Gambar Badak Sumatra seperti dibawah ini Sumber Gambar faunapicture.blogspot dot com.Ciri
ciri Badak Sumatra ini memiliki cula dua. Penggunaan cula badak ini
untuk obat tradisional China serta perburuan menjadikan kelangsungan
hidup Badak Sumatra ini terancam, bahkan hingga hari ini. IUCN mecatat sebagai hewan langka dan berstatus terancam punah.
4. Kucing Merah
Yang
nomer 4 dari 10 hewan langka di kalimantan adalah Kucing Merah. Dalam
bahasa Inggris disebut dengan nama Borneo Bay Cat, Bay Cat, Bornean Bay
Cat, sedangkan nama latinya adalah Catopuma badia.
Gambar Kucing Merah seperti di bawah ini Sumber Gambar en.wikipedia.orgDan untuk selengkapnya bisa dibaca di Kucing Merah Kalimantan, Salah Satu Kucing Paling Langka Dan Paling Dipelajari Di Dunia.
3. Musang Air
Yang
ketiga dari urutan 10 hewan langka di Kalimantan adalah Musang Air.
Musang Air ini dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Otter Civet,
Otter-civet, Sunda Otter Civet. Sedangkan nama latin atau nama ilmiahnya
adalah Cynogale bennettii.
Gambar Musang Air seperti di bawah ini Sumber Gambar borneonaturefoundation.orgMusang air atau musang berang berang ini merupakan jenis musang yang semi-aquatik.
Mangsanya adalah kepiting, moluska serta ikan. Musang air ini juga hewan yang aktif pada malam hari.
Kerusakan
habitatnya, yakni beralihnya hutan rawa gambut menjadi perkebunan
kelapa sawit menjadikanya satwa langka. Dan terdaftar di IUCN dengan status Endangered C1 ver 3.1 ( terancam punah ).
2. Macan Dahan Kalimantan
Di
urutan kedua dari 10 satwa langka yang ada di Kalimantan adalah Macan
Dahan Kalimantan. Macan ini dalam bahasa Inggris disebut dengan nama
Sunda Clouded Leopard, Enkuli Clouded Leopard, Sunda Clouded Leopard,
Sunda Islands Clouded Leopard, Sundaland Clouded Leopard. Sedangkan nama
latin atau nama ilmiahnya adalah Neofelis diardi.
Gambar Macan dahan kalimantan seperti di bawah ini Sumber Gambar pinterestMacan Dahan Kalimanatan ini merupakan jenis kucing
liar yang bisa dijumpai di pulau pulau Asia Tenggara, Pulau Kalimantan
serta Pulau Sumatra. Macan ini terpisah dari kerabat dekatnya yakni Neofelis nebulosa.
Macan
ini sangat tertutup, mereka berburu di tanah dan merupakan pemanjat
pohon yang hebat, yang menjadikanya lihai bersembunyi dari predator
lain.
1, Gajah Kalimantan
Yang
terakhir dari 10 hewan langka di Kalimantan adalah Gajah Kalimantan.
Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Borneo elephant, Borneo pygmy
elephant. Sedangkan nama latin atau nama ilmiahnya adalah Elephas maximus borneensis.
Gambar Gajah Kalimantan seperti di bawah ini
GIIIPPPPPPPPPPPP
Flora dan Fauna Papua
Flora dan Fauna Khas Provinsi Papua ditetapkan Buah Merah(Pandanus
conoideus) Flora Khas
Papua dan Burung Cendrawasih (Seleucidis melanoleucus) sebagai Fauna
Khas Papua.
Sumber Gambar : Walter A Webber
Buah Merah Flora Identitas Propinsi Papua
Buah merah (Pandanus conoideus) adalah maskot provinsi Papua.
Buah yang termasuk dalam famili pandan (Pandanaceae) dan menjadi maskot (flora
identitas) provinsi Papua ini oleh masyarakat setempat sering dijadikan
penunjang makanan pokok sehari-hari. Dan oleh sebagian lagi dipercaya sebagai
obat herbal untuk berbagai penyakit. Di Papua sendiri buah merah dikenal
sebagai kuansu, sedangkan di Maluku dikenal sebagai Pandan seran (Maluku) atau
saun (Seram) dan sihu (Halmahera). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan
Red Fruit. Buah merah mempunyai nama latin Pandanus conoideus Lam.
yang bersinonim dengan Pandanus butyrophorus Kurz, P.cominsiiHemsl., P.
magnificus Martelli, P. minusculus B.C.Stone, P.
plicatus H.St.John, dan P. subumbellatus Becc. ex
Solms. Buah merah (Pandanus
conoideus) merupakan anggota famili Pandanaceae (pandan-pandanan) dengan
tinggi hingga mencapai 15 meter. Hidup merumpun hingga belasan batang. Batang
pohon buah merah berwarna coklat dengan bercak putih, berbentuk bulat dan
mempunyai hingga lima cabang. Pada batangnya juga terdapat akar udara yang
menggantung sampai ketinggian 1 m dari pangkal batang. Daun pohon buah merah
berwarna hijau tua, berbentuk pita sepanjangnya antara 90-an cm hingga 320 cm
yang pinggirnya berduri-duri kecil. Bunga berwarna kemerahan. Buahnya
berwarna merah coklat saat muda dan merah bata, merah kecoklatan, atau ada pula
yang kuning ketika tua, bentuknya panjang lonjong, dengan panjang 50-120 cm dan
berdiameter 10-25 cm. Buah merah (Pandanus conoideus) yang merupakan
flora maskot Papua tersebar di pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) serta
di Maluku. Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian
2.500 m.
Manfaat Buah merah Buah merah digunakan oleh
masyarakatPapua diperas dadimanfaatkan sebagai makanan campuran untuk sagu,
talas, dan ubi kayu. Sisa perasan (ampas) digunakan sebagai makanan ternak. Buah
merah (Pandanus conoideus) juga dapat diolah menjadi minyak sari
buah merah. Minyak ini selain digunakan untuk memasak makanan juga dipercaya
mampu menjadi penyembuh berbagai penyakit. Buah merah selain mengandung
karbohidrat pun mengandung Lipid, Asam palmitat, Asam linoleat, Asam oleat,
beta karoten, beta cryptoxanthin, vitamin E, omega 3, omega 9, dan sodium.
Kandungan yang terdapat pada buah merah ini dipercaya mampu menjadi antikanker
untuk mengobati berbagai kanker. Juga dapat menyembuhkan tumor, darah tinggi,
asam urat, stroke, gangguan pada mata, herpes, kencing manis, ostereoporosis,
wasir dan lupus. Karena populasinya masih banyak di alam bebas, tanaman buah
merah ini bukan termasuk tumbuhan langka maupun tumbuhan yang
dilindungi di Indonesia. Namun tidak menutup kemungkinan dikemudian hari
tanaman yang menjadi maskot Papua ini menjadi
tumbuhan yang langka. Ini seiring dengan makin meluasnya deforestasi dan
eksploitasi buah merah untuk diperjualbelikan sebagai obat herbal. Tetap
diperlukan kebijakan dari pemerintah agar Buah Merah Si Maskot Papua yang
ampuh ini kalaupun bernilai ekonomis yang tinggi tetap dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan.
Burung Cenderawasih Fauna Identitas Propinsi Papua
Burung Cendrawasih
(Seleucidis melanoleucus) layak digelari sebagai Burung
Surga (Bird of Paradise).
Burung Cendrawasih yang merupakan burung khas Papua, terutama yang jantan,
memiliki bulu-bulu yang indah layaknya bidadari yang turun dari surga
(kayangan). Keindahan bulu Cendrawasih tiada duanya. Burung Cendrawasih
merupakan sekumpulan spesies burung yang dikelompokkan dalam famili
Paradisaeidae. Burung yang hanya terdapat di Indonesia bagian timur, Papua
Nugini, dan Australia timur ini terdiri atas 14 genus dan dan sekitar 43
spesies. 30-an spesies diantaranya bisa ditemukan di Indonesia. Oleh masyarakat
Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari dari
surga. Dulunya burung ini dianggap sebagai burung cantik tetapi tidak berkaki.
Mereka tidak akan turung ke tanah tetapi hanya berada di udara saja lantaran
bulu-bulunya yang indah. Karena itu kemudian burung Cenderawasih terkenal
sebagai Bird of Paradise atau Burung Surga (Kayangan). Dan
beberapa jenis yang terkenal adalah dari genusParadisaea yang
penamaannya berasal dari kata Paradise.
Diskripsi dan Ciri Cendrawasih.
Burung-burung Cendrawasih
mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan.
Umumnya bulunya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam,
cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu. Ukuran burung
Cenderawasih beraneka ragam. Mulai dari yang berukuran 15 cm dengan berat 50
gram seperti pada jenis Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius), hingga
yang berukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus
albertisi) atau yang beratnya mencapai 430 gram seperti pada Cendrawasih
Manukod Jambul-bergulung (Manucodia comrii). Keindahan bulu Cendrawasih
jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk ‘merayu’ betina
agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan
melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan
bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga
bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih
tentunya punya tipe tarian tersendiri. Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat
yang umumnya di daerah dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di
beberapa pulau di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Papua. Selain itu
juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur.
Jenis-jenis Burung Cendrawasih
Cendrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga
sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis
diantaranya tinggal di pulau Papua.
Beberapa jenis
Cendrawasih yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah:
- Astrapia Arfak (Astrapia
nigra); endemik Papua, Indonesia.
- Parotia Arfak (Parotia
sefilata); endemik Papua, Indonesia.
- Pale-billed Sicklebill
(Drepanornis bruijnii); Indonesia dan Papua Nugini.
Burung Cendrawasih Mati
Kawat (Seleucidis melanoleuca) ditetapkan menjadi Fauna
Identitas provinsi Papua. Dan beberapa jenis seperti Cendrawasih Raja,
Cendrawasih Botak, Cendrawasih Merah, Toowa, dan Cendrawasih Kuning Kecil,
telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5
Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999. Sayangnya populasi burung Cendrawasih
semakin hari semakin terancam dan langka akibat perburuan dan perdagangan
liar yang terus berlangsung.
Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera,
merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup
hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang
terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera.
Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik,
yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies
terpisah, bila berhasil lestari.[2]
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi
saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang
seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau sumatera terbunuh antara
tahun 1998 dan 2000.
Harimau sumatera adalah subspesies harimau terkecil.[3]
Harimau sumatera mempunyai warna paling gelap di antara semua
subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya
rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera jantan memiliki panjang
rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari
kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg,
sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm. Betinanya
rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200
pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih tipis daripada
subspesies harimau lain. Warna kulit harimau sumatera merupakan yang
paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan
hingga jingga tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta
surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya
yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di
sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau
ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang
buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau
gelap ketika melahirkan.
Habitat
Harimau sumatera pada tahun 1926.
Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini
mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan
pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya
sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya
tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga
terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di
seluruh dunia. Harimau sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat
karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan
gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan
pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas
pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan
berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat
dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena
tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa
sengaja dengan manusia.
Makanan
Makanan harimau sumatera tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator
utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar
yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa
dan vegetasi
yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan
penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang
sangat efisien. Harimau Sumatera merupakan hewan soliter, dan mereka
berburu pada malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum
menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat
ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan
juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan
tanah, dan karena itu jarang ditangkap harimau. Harimau sumatera juga
gemar makan durian.
Dalam keadaan tertentu harimau sumatera juga memangsa berbagai alternatif mangsa seperti kijang (Muntiacus muntjac), kancil (Tragulus sp), beruk (Macaca nemestrina), landak (Hystrix brachyura), trenggiling (Manis javanica), beruang madu (Helarctos malayanus), dan kuau raja (Argusianus argus)[4]
Harimau sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika
memburu mangsa. Luas kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui
dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau sumatera dewasa
memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan dataran
rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh
manusia).
Reproduksi
Harimau
sumatera dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103
hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau
sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada
hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang
tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu
induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba
makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak
harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar
berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18
bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau
Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam
kurungan.
Ancaman
Seorang pria berpose bersama seekor harimau sumatera yang telah ditembak mati (foto antara 1890-1900).
Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia saat ini semakin
memprihatinkan. Penemuan tentang perdagangan harimau tersebut tercermin
dalam survei Profauna Indonesia yang didukung oleh International Fund for Animal Welfare (IFAW) pada bulan Juli - Oktober 2008. Selama 4 bulan tersebut Profauna mengunjungi 21 kota/lokasi yang ada di Sumatera dan Jakarta.
Dari 21 kota yang dikunjungi Profauna, 10 kota di antaranya ditemukan
adanya perdagangan bagian tubuh harimau (48 %). Bagian tubuh harimau
yang diperdagangkan meliputi kulit, kumis, cakar, ataupun opsetan utuh.
Harga bagian tubuh harimau yang dijual itu bervariasi. Untuk yang
utuh dijual seharga Rp. 5 juta per lembar sampai dengan 25 juta per
lembar. Sedangkan taring harimau ditawarkan seharga Rp. 400.000 hingga
Rp. 1,1 juta.
Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko seni, penjual
batu mulia, dan penjual obat tradisional. Untuk perdagangan bagian
tubuh harimau paling banyak terjadi di Lampung.
Deforestasi dan degradasi hutan di Pulau Sumatera yang sangat besar
akan mengancam terhadap keanekaragaman hayati yang ada. Deforestasi dan
degradasi akan menyebabkan hilangnya hutan atau terpotong-potongnya
hutan menjadi bagian-bagian kecil dan terpisah. Alih fungsi hutan banyak
digunakan untuk perkebunan, hutan tanaman industri, pemukiman,
industri, dll. Investigasi Eyes on the Forest (2008) melaporkan bahwa
pembuatan jalan logging oleh Asia Pulp & Paper (APP)
sepanjang 45 km yang membelah hutan gambut di Senepis Propinsi Riau
mengakibatkan penyusutan luas hutan dan memicu peningkatan konflik
manusia-harimau di kawasan tersebut. Perusakan habitat dan perburuan
hewan mangsa telah diketahui sebagai faktor utama yang menyebabkan
turunnya jumlah harimau secara dramatis di Asia[5]
Keberadaan harimau sumatera saat ini menjadi sebuah polemik
tersendiri karena mengakibatkan konflik antara manusia dan harimau.
Rusaknya habitat alami harimau sumatera mengakibatkan satwa ini
tersingkir dari habitat alaminya, sehingga menimbulkan gangguan terhadap
manusia. Serangan harimau sumatera terhadap manusia dan hewan ternak
telah sering terjadi. Serangan harimau sumatera yang menewaskan 3 ekor
ternak sapi terjadi di Desa Talang Kebun Kecamatan Lubuk Sandi Kabupaten
Seluma Propinsi Bengkulu[6].
Sementara itu dalam kurun waktu dua tahun terakhir di Popinsi Sumatera
Barat tercatat 26 kasus konflik harimau dengan manusia, sebanyak 16
kasus menghilangkan nyawa manusia dan sisanya memangsa ternak
masyarakat.[7]
Masih maraknya perdagangan bagian tubuh harimau tersebut sudah dilaporkan Profauna ke Departemen Kehutanan melalui DirjenPHKA
pada bulan April 2009, dengan harapan pemerintah bisa mengambil
langkah-langkah tegas untuk mengatasi perdagangan satwa langka yang
dilindungi tersebut. Beberapa tindakan nyata telah diambil pemerintah
untuk memerangi perdagangan bagian tubuh harimau di Jakarta.
Penegakan hukum
Pada tanggal 7 Agustus 2009, Satuan Polhut Reaksi Cepat dan Satuan SumdalingPoldaMetro Jaya
berhasil menggulung sindikat perdagangan kulit harimau di Jakarta.
Selain mengamankan 2 kulit harimau sumatera utuh, polisi juga menyita 6
awetan burung cendrawasih, 2 kulit kucing hutan, 12 awetan kepala rusa, 1
surili, 5 tengkorak rusa, 1 kepala beruang dan 1 kulit rusa sambar. Sindikat perdagangan satwa langka itu diduga juga melibatkan sejumlah kebun binatang di Jawa dan Sumatera.
Terungkapnya sindikat perdagangan harimau dan satwa langka lainnya di
Jakarta tersebut membuktikan bahwa laporan Profauna tentang perdagangan
harimau adalah sebuah fakta. Fakta tersebut seperti fenomena gunung es,
hanya tampak di permukaannya saja. Fakta sebenarnya diyakini jauh lebih
besar dari yang sudah terdektesi.
Perlindungan harimau
Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia adalah perbuatan kriminal, karena melanggar Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Berdasarkan pasal 21 dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 poin (d)
bahwa "setiap orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau
memiliki, kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi
atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam
atau di luar Indonesia". Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat
dikenakan sanksi pidana berupa hukuman penjara maksimal 5 tahun dan
denda maksimum 100 juta.
Memulihkan dan meningkatkan populasi harimau sumatera beserta bentang alamnya pulih. Upaya konservasi in-situ
merupakan program utama konservasi harimau sumatera dengan memulihkan
populasi harimau dan habitat alaminya. Beberapa kegiatan yang dilakukan
antara lain adalah :
Membangun jaringan komunikasi dan kemitraan untuk meningkatkan
kerjasama konservasi di semua tingkatan baik lokal, nasional, maupun
internasional. Mengembangkan pengawasan terpadu dan intensif antara
pemerintah, lembaga non pemerintah, dan masyarakat terhadap kegiatan
konservasi. Selain itu juga dilakukan pendidikan dan penyadartahuan
masyarakat secara terpadu dan berkesinambungan tentang pentingnya
konservasi harimau sumatera. Membangun mekanisme pendanaan yang
berkelanjutan dalam mendukung kegiatan konservasi harimau sumatera.
Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dengan melaksanakan
berbagai program peningkatan kapasitas tim konservasi harimau sumatera
baik yang dikelola oleh pemerintah, lembaga non pemerintah, maupun
masyarakat. Memperkuat infrastrukur instansi yang melakukan pelaksanaan
dan pemantauan konservasi harimau. Selain itu juga dilakukan penyusunan
rencana pengelolaan konservasi pada setiap bentang alam harimau sumatera
sesuai dengan karakteristik dan potensi di lapangan. Mengembangkan
pusat informasi terpadu tentang konservasi harimau sumatera yang dapat
diakses secara luas oleh masyarakat.
Membangun dan meningkatkan koneksitas antara habitat-habitat utama
harimau sumatera melalui pengembangan koridor dalam rangka memperluas
daerah bagi harimau sumatera untuk menjelajah. Karena harimau sumatera
memerlukan teritori (wilayah) yang luas untuk mendapatkan mengsa yang
cukup. Semua potensi habitat dan sebaran harimau sumatera perlu
dimasukkan sebagai bahan pertimbangan utama dalam proses perencanaan
zonasi taman nasional. Membina kekayaan genetik unit-unit populasi
harimau sumatera, terutama pada habitat yang kritis untuk menghindari
erosi ragam genetik melalui pengembangan restocking populasi dan
translokasi. Mengembangkan upaya pengelolaan mitigasi konflik untuk
menyelamatkan harimau yang bermasalah dengan relokasi, translokasi, dan
penetapan kawasan pelepasliaran alami. Meningkatkan program pemantauan
terhadap populasi, ekologi, dan habitat harimau sumatera dengan
memperkuat dasar hukum dan kapasitas aparatur yang berwenang[8]
^Sriyanto dan Rustiati, E.L. 1997. Hewan mangsa potensial harimau Sumatra di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Dalam: Tilson, R., Sriyanto, E.L. Rustiati, Bastoni, M. Yunus, Sumianto, Apriawan, dan N. Franklin (ed.). Proyek Penyelamatan Harimau Sumatra: Langkah-langkah konservasi dan Manajemen In-situ dalam Penyelamatan Harimau Sumatra. LIPI. Jakarta.
^Seidensticker, J., S. Christie, and P. Jackson. 1999. Preface. In: Siedensticker, J., S. Christie, and P. Jackson (eds.). Ridding the Tiger: Tiger Conservation in Human Dominated Landscape. Cambridge University Press. Cambridge, UK.
^Kompas. 2008a. Terkam Orang, Harimau Sumatera Diburu. Harian Kompas Edisi 31 Januari 2008
^Kompas. 2008b. Harimau Mengganas di Bengkulu, Memangsa Tiga Sapi. Harian Kompas Edisi 20 Februari 2008
^Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
49 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419).